Sebenarnya udah lama aku nonton film ini, tapi
karena kesibukan (maklum lah, kuliah kan baru mulai seminggu ini, sedangkan
minggu lalunya asik urusin KRS), maka postingan ini baru aku post sekarang.
Oke, this one is my first post in my new blog. Post
kali ini, aku mau ngebahas masalah film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Film
yang dimainin sama idola-idola aku, abang Reza Rahadian, dan abang Herjunot
Ali, sama Pevita Pearce (yang ini bukan idola aku ya).
Ceritanya itu di jaman Indonesia masih belum
merdeka, dan Belanda masih dengan setia menjajah Indonesia. Ceritanya bersetting
di Padang, dan di Surabaya, di Makassarnya sih cuma bentar doang.
Jadi, aku bakalan ngasih sedikit synopsis filmnya,
dan apa pendapat aku tentang keseluruhan film ini.
Film ini bercerita tentang Zainuddin, seorang pria
keturunan minang yang sejak lahir sudah menetap di Makassar. Orang tuanya
meninggal pas dia masih kecil, dan ketika dia sudah dewasa, dia pun memutuskan
untuk pergi ke tanah tempat ayahnya dilahirkan, di Padang. Dalam benak
Zainuddin, ketika dia kembali ke Padang, maka dia akan diterima dengan senang
hati oleh rakyat disana. Tujuannya ke Padang juga untuk belajar ilmu agama,
dimana Padang kan terkenal dengan tempat belajar ilmu Islam gitu.
Sampailah Zainuddin di Padang, dan dia menetap di
rumah saudaranya. Awalnya saudaranya ini ogah-ogahan mau nerima dia, tapi
begitu si Zainuddin kasih uang, sodaranya langsung nerima dia dengan senang
hati (dari jaman dulu, uang emang udah menguasai manusia ya). Tinggallah
Zainuddin disitu, dan belajarlah ia akan ilmu agama. Suatu hari, ia melihat
sesosok perempuan cantik sedang mengendarai delman istimewa dan dia tidak duduk
dimuka, melainkan di belakang. Begitu melihat wanita itu, hati Zainuddin pun
berdesir, dan jatuhlah ia pada wanita itu.
Zainuddin sering mengirim surat untuk wanita itu,
yang kemudian dikenal bernama Hayati. Hayati pun kemudian membalas surat-surat
Zainuddin, dan mereka saling mencinta dengan segenap jiwa mereka.
Kedekatan Zainuddin dan Hayati meresahkan warga,
yang mengetahui bahwa Zainuddin bukanlah keturunan asli Padang, sedangkan
Hayati ini keturunan orang hebat, walau gak kaya-kaya amat. Zainuddin pun
kemudian diusir dari desa tersebut, dan perpisahan pun berlangsung antara
Hayati dan Zainuddin. Di perpisahan itu, Hayati berjanji akan tetap mencintai
Zainuddin, apapun yang terjadi, dan akan menunggu Zainuddin, walau menunggu
berapa lama pun. Dengan harapan tersebut, Zainuddin pun pergi ke kota lain,
untuk belajar ilmu agama lagi.
Di kota lain tersebut, Zainuddin bertemu dengan bang
Muluk (yang diperanin sama Randi NIDJI), bang Muluk inilah yang buat film penuh
dengan komedi, lucu banget deh pokoknya peran dia. Bang Muluk dan Zainuddin
akhirnya sahabatan, erat banget persahabatan mereka.
Suatu ketika, di kota baru tersebut (entah Padang
Panjang, entah Bukittingi, lupa aku), Hayati akan bertemu dengan Zainuddin
lagi, saat acara pacuan kuda di kota tersebut. Hayati, pergi ke kota tersebut,
untuk menemui temannya (alasan dia sama keluarganya), dan disitu ketemulah dia
sama Aziz (yang diperanin sama abang Reza Rahadian) yang merupakan abangnya
teman si Hayati. Aziz ini, karena melihat Hayati sangat cantik, sukalah dia
dengan Hayati, tapi itu hanya suka karena fisik doang padahal.
Karena Aziz ini keturunan orang kaya dan keturunan
orang hebat gitu, dia dijodohin lah sama si Hayati. Disaat yang bersamaan,
Zainuddin juga melamar Hayati. Tapi kita semua udah bisa tebak dong, lamaran
mana yang bakal diterima sama keluarganya si Hayati. Ya, benar sekali
sodara-sodara, lamaran yang diterima itu adalah lamaran si Aziz, karena latar
belakangnya itu tadi. Sebenarnya pertama Hayati gak mau nerima lamaran itu,
tapi entah kenapa dia nerima akhirnya.
Disinilah kesedihan terjadi. Gimana nggak, gara-gara
pernikahan Hayati dan Aziz, Zainuddin pun jadi gila karenanya. Sedih sih sedih,
tapi ada juga unsure lucunya. Sehancur itu hati Zainuddin, ditambah lagi,
Hayati ngirim surat, yang isinya dia bilang bahwa pernikahan itu merupakan
pilihannya sendiri, dia juga bilang kalo gk mungkin dia bersama Zainuddin,
karena Zainuddin gak punya uang. Waww. Keterlaluan banget kan cewek ini? Disitu
aku langsung mau endingnya itu si Zainuddin gak barena sama Hayati. Disitu
kesedihan Zainuddin emang sangat terasa. Rasanya dia mau mati aja gitu.
Setelah sembuh, Zainuddin pun pigi ke tanah Jawa,
untuk mencari pekerjaan. Jadilah dia penulis gitu kan. Pertama nulis di koran,
sampai ada cerita bersambung gitu di korannya. Terus, dia buat novel. Kan udah
sukses tuh ceritanya dia, terlebih lagi dia diangkat jadi apa gitu di sebuah
perusahaan koran yang buka cabang di Surabaya (tempat dia kerja itu cabang di
Jakarta nya).
Pas dia pindah ke Surabaya, ternyata Aziz dan Hayati
juga ditakdirkan pindah ke Surabaya. Pas si Zainuddin buat pesta gitu di rumah
istana dia, dia juga ngundang Aziz dan Hayati, dan bertemulah dia dengan
Hayati, setelah sekian lama mereka gak bertemu.
Kemudian, si Aziz ini kehilangan perkerjaannya, dan
mereka akhirnya tinggal di rumah Zainuddin. Oia, belum aku bilang kayaknya,
Aziz ini orangnya jahat lo. Dia kerjaannya asik berjudi aja, main poker ato
apalah gitu, terus sering mabuk-mabukan, juga sering marah sama Hayati.
Endingnya gimana? Apa dengan mereka tinggal di rumah
Zainuddin, akhirnya Hayati selingkuh dengan Zainuddin? Atau Zainuddin masih
sangat merasakan sakit hati akan Hayati, dan hanya berbaik hati ke Aziz dengan
mengundang mereka tinggal di rumahnya? Well, liat aja sendiri ya.
Film ini sebenarnya sih keren. Apalagi endingnya.
Sesuatu banget. Tapi satu yang gak keren dari film ini. Si Zainuddin, yang
diperanin sama abang Herjunot Ali, terkesan lebay bawain logat Makassar nya
itu. Cara ngomongnya itu lho, gak banget deh. Terus, aku juga kurang suka sama
cara bicara si Hayati yang diperanin sama Pevita Pearce, kurang Padang aja
gitu, masih kaya’ orang jaman sekarang dia ngomongnya.
Satu lagi kekurangan film ini adalah pas di kapal Van
der Wijk nya. Kapal dan lautannya itu emang udah mendingan komputerisasinya,
tapi masih nampak itu editan komputer, bukan kapal beneran. Terus ya, sebelum
si Hayati naik ke kapal, kan ada dikasih nampak dek kapal gitu, masa penuh
banget gitu (cuma tampilan komputer sih), seandainya itu beneran, kapalnya
pasti langsung karam karena kebanyakan penumpang. Beneran deh.
But, overall, film ini keren. Terlebih yang mainnya
idola-idola aku, walaupun abang Reza cuma tampil bentar, tapi aku suka banget.
Kaya’nya film Indonesia akan kembali berkelas lagi ini akhirnya.